Makalah Adab dengan Teman Sebaya &Orang Tua
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya
saling hormat menghormati, saling menghargai satu sama lain, dalam keluarga
sangatlah penting di tanamkan abad dan tatakrama yang sopan terhadap kedua
orang dan santun apabila berbicara terhadap keduanya.
Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak
pergeseran tentang adab atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral,
anak dengan orang tua tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya,
murid dengan guru sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan,
perbuatan ataupun prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak
mencerminkan prilaku seorang guru ataupun peserta didik.
Oleh karena itu dalam
makalah ini kami akan membahas tentang “Adab pergaulan dalam Islam dengan teman
sebaya dan teman lebih tua”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya?
2. Bagaimana
adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya.
2. Untuk
mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua.
3. Untuk
memenuhi slah satu tugas mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ADAB PERGAULAN DENGAN TEMAN SEBAYA DAN
TEMAN LEBIH TUA
adab (ادب) dalam bahasa
arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun. arti adab secara
keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang
mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. orang
yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau
tata cara.
Adab
adalah norma atau
aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam.
Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga,
dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu
mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama
Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan
dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam.
Selaku makhluk
sosial, kita tentu tidak akan hidup hanya seorang diri saja. Kita membutuhkan
yang namanya teman dalam hidup kita. Namun, dalam mencari teman kita harus
selektif dan hati-hati. Tidak semua orang harus kita jadikan teman, dan setelah
kita mendapatkannya, kita tidaklah asal-asalan di dalam bergaul dengannya.
1. Carilah Teman Yang Baik
Dalam mencari teman,
carilah teman yang selalu mengingatkan kita dalam kebaikan, yang bisa menuntun
kita menuju jalan-Nya.
Karena teman yang baik bisa menjadi syafa’at bagi kita
pada hari kiamat kelak.
2. Etika Berinteraksi
Ketika kita bertemu
dengan seorang Muslim hendaklah kita mengucapkan salam walaupun kita tidak
mengenalnya, dan berilah senyuman karena senyuman itu sebagian dari ibadah. Dan
juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berintraksi dengan teman
sebaya, di antaranya :
a. Menyikapi Teman Sebagai Saudara
Karena umat Muslim
itu ibarat satu tubuh, jika ada organ tubuh kita yang tersakiti maka anggota
yang lain juga ikut merasakannya. Sebagaimana hendaknya kaum Muslimin, jika
saudaranya yang satu iman sedang tersakiti, maka kaum Muslimin yang lainnya
akan merasakan sakit tersebut.
Jika teman kita
sedang kesulitan maka kita pun harus membantunya, dan selalu menemaninya baik
dikala susah maupun senang.
b. Saling Menghormati dan Menghargai
Kaum Muslimin adalah
seluruhnya sama, yang membedakan mereka hanyalah kadar iman dan takwa
masing-masing. Namun, antara satu dengan yang lainnya haruslah menciptakan rasa
hormat dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Yang muda
menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda. Jika terdapat perbedaan
pendapat antara satu dengan yang lainnya, hendaknya disikapi dengan rasa lapang
dada dan saling menghargai pendapat. Sebab satiap orang memiliki pemikiran
berbeda-beda. Dan juga tidak semua yang akan menolong kita adalah berasal dari
orang-orang yang memiliki kedudukan atau kekayaan. Bisa jadi kita dibantu oleh
saudara kita yang miskin dan tidak memiliki pangkat. Sebagaimana sabda Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam,
Artinya
: "Tiadalah kamu mendapat
pertolongan dan rezeki, kecuali dari orang-orang lemah dari kalangan
kamu". (HR. Bukhari)
Dari sini jangan
sampai kita meremehkan dan tidak menjunjung kehormatan saudara kita. Sebab
sebagaimana yang disebutkan tadi, semua kaum Muslimin itu sama.
c. Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur
Apabila teman
memberikan amanah terhadap kita,kita harus bisa menjaganya dan berlaku jujur
karena kepercayaan mahal harganya. Jika sebuah kepercayaan sudah kita ingkari
maka kepercayaan untuk kedua kalinya tidak akan sama.
d. Berprasangka Baik
Sebagai kaum
Muslimin, hendaknya kita mengedepankan perasangka baik terhadap saudara kita.
Jangan sampai kita mudah su’u dzan (buruk sangka) terhadap kawan atau saudara
kita. Sebab Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إياكم والظنَّ فإنَّ الظنَّ أكذبُ الحديث
Artinya
: “Jauhilah dari kalian perasangka buruk, sebab perasangka buruk adalah
sedusta-dustanya perkataan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
e. Niat
Untuk Berteman Bukan Untuk Memanfaatkan
Sering kita temui dari banyak teman yang hanya
memanfaatkan temannya saja. Padahal tujuan utama dari berteman adalah agar kita
mendapatkan tempat tatkala kita sendiri dan sedang mendapat kesulitan.
Lihatlah temanmu disaat kamu sedang tertimpa kesulitan,
maka kamu akan tahu mana temanmu yang SEJATI dan mana temanmu yang PENGKHIANAT.
Teman sejati akan menemani kita dikala suka maupun duka. Namun, pengkhianat
hanya ada janji belaka, tatkala kesukaran terjadi ia akan melupakan janjinya.
· Mengalah Untuk Memulai Pembicaraan
Hendaknya
kita mempersilahkan dia untuk memulai berbicara, sebab kita yang memiliki satu
lisan dan dua telinga, menunjukkan agar kita banyak mendengar dan sedikit
berbicara.
Namun apabila teman kita pendiam maka hendaklah kita yang
memulai pembicaraan tersebut, agar suasana tidak membosankan ( Boring ). Dan
agar tetap terjalin kebersamaan.
f. Saling
Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi
Artinya
: ”Allah akan slalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong
saudaranya... .”(HR. Muslim)
وَ
تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ
الْعُدْوَانِ
Artinya
: “Saling tolong-menolonglah kamu di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah
saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Qs. Al-Maidah : 2)
g. Saling
Menasehati
إِلا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
Artinya
: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 3)
h. Tidak
Mencela dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk
Artinya : “... Cukup seseorang dikatakan jahat
apabila ia menghina saudaranya yang Muslim, diharamkan bagi setiap Muslim atas
Muslim lainnya dari darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Artinya
: “Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak
berbuat keji dan tidak berkata kotor.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )
i. Tidak
menggunjing (menyebarkan aib dan kekurangannya)
“Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian
prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah
salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati
? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurot : 12)
j. Tidak
saling mendengki, tidak saling menipu, dan tidak saling membenci
لاَ
تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ تَدَابَرُوْا
Artinya
: ”Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling
membenci dan jangan saling membelakangi!”
(HR. Ahmad dan Muslim)
k. Tidak
saling mendzalimi
Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi
yang berbunyi,
يَا
عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ
مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
l. Jangan
Kau Biarkan Ia Selama Tiga Hari
لاَ
يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
Artinya : “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk
memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidak halal bagi seorang Mukmin untuk
mendiamkan saudaranya yang mukmin di atas tiga hari, jika telah lewat tiga hari
lalu saling bertemu, kemudian salah satunya mengucapkan salam kepadanya. Jika
ia menjawabnya maka mereka berdua mendapat pahala, namun jika ia tidak
menjawabnya, maka yang Muslim telah lepas dari dosa akibat mendiamkan, dan dosa
kembali kepada yang tidak menjawab.” (HR. Al-Baihaqi).
B.
Adab
terhadap orang yang lebih tua
Sabagai umat Islam
kita harus menghormati dan memuliakan orang yang lebih tua dari kita. Karena
yang demikian itu merupakan ajaran akhlak Islam yang paling ditekankan sebagai
sikap terpuji yang mempunyai nilai kewajiban Ilahi.
Terutama kepada orang
yang paling dekat dan yang paling berjasa dengan kita, seperti orang tua kita
sendiri, yang telah bersusah payah melahirkan kita, membesarkan dan mengasuh
kita sejakkecil hingga dewasa.
Maka prioritas utama
kita dahulukan kepada keduanya sebelum kita menghormati dan memuliakan orang
lain.
Allah swt. berfirman
yang artinya : "Dan Tuhanmu telah mempertahankan agar kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan keduanya perkataan
"AH" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya
perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagai mereka berdua telah mendidik aku
waktukecil". ( QS. Al-Isra : 23-24 )
Makna yang terkandung
dalam ayat tersebut diatas adalah menghendaki kita agar berbuat baik, ramah,
berakhlak mulia, bersikap taa't kepada ibu dan bapak. Sikap dan perbuatan
menghormati orang yang lebih tua itu kecuali merupakan kewajiban Ilahi, juga
memiliki nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Sebab itu merupakan kewajiban
Ilahi maka sebagai imbalan kebaikannya, Allah swt. akan memberikan pahala yang
besar kepada yang mampu bersikap demikian itu.
Lebih-lebih kesediaan
menghormati dan menghargai jasa pendahulu kita yang didasari dengan sikap
ikhlas dengan motiv ingin mendapat ridlo Allah, niscaya Allah swt memberikan
pertolongan dan perlindungan kepada siapa saja yang bersikap demikian.
Setiap orang muslim
harus berlaku hormat terhadap orang-orang muslim yang sudah lanjut usia / orang
tua, orang tua yang paling dekat dari kita adalah orang tua kita yaitu ibu
bapak. karenanya berlaku sopan, hormat dan memuliakannya adalah merupakan
kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar.
Sikap lemah lemah
lembut, ramah, dan patuh kepada kedua ibu dan bapak adalah satu bukti bahwa si
anak memiliki rasa terima kasih dan sebagai bahwa dia adalah termasuk anak yang
saleh / salehah.
Rasa hormat kepada
orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :
ü
Sikap
yang ramah terhadap keduanya
ü
Taa't
kepada keduanya
ü
Mendengarkan
nasehatnya, dan melaksanakannya
ü
Tidak
membantah perintahnya
ü
Berbicara
dengan sopan
ü
Tidak
menyakiti hatinya
ü
Bila
mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
ü
Mendoakan
keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal
Kemudian dapat
disamakan juga dengan kedudukan orang tua kita yaitu saudara-saudara bapak /
ibu, mertua, bapak angkat dan lain-lain. Maka kepada mereka juga kita pun harus
hormat dan bersikap ramah. Disampingitu kita harus bersikap hormat kepada orang
lebih tua dari kita, dalam lingkungan keluarga, tetangga, lingkungan pekerjaan
ataupun dimana kita berada. Orang lebih usianya dari kita wajib kita hormati
dan patut kita muliakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan siatas dapat disimpulkan sebagai berikut
:
Diantara adab dengan teman sebaya adalah Menyikapi Teman Sebagai Saudara, Saling Menghormati dan Menghargai, Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur,
Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi, dan lain sebagainya.
Rasa hormat kepada
orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :
ü
Sikap
yang ramah terhadap keduanya
ü
Taa't
kepada keduanya
ü
Mendengarkan
nasehatnya, dan melaksanakannya
ü
Tidak
membantah perintahnya
ü
Berbicara
dengan sopan
ü
Tidak
menyakiti hatinya
ü
Bila
mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
ü
Mendoakan
keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal.
B.
Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus beradab sesuai
dengan tuntunan Agama Islam baik dengan teman sebaya dan teman lebih tua.
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka mohon
untuk kritik dan sarannya yang bersifat membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Tag :
makalah
0 Komentar untuk "Makalah Adab dengan Teman Sebaya &Orang Tua"