Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling Di Indonesia
Sejarah
perkembangan Bimbingan Konseling di indonesia mengalami perubahan di
beberapa dekade, berikut perkembangan Bimbingan dan Koseling di tiap
dekadenya:
A. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa
ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa dididik
untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini,
upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk
memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah
satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang
menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang
bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan
bimbingan.
1. Dekade 40-an
Dalam
bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui
pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara
bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan
buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah
yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
2. Dekade 50-an
Bidang
pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan
bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai
kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu
siswa disekolah agar dapat berprestasi.
3. Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan
Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun
1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di
Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
a. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
b. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c. Lahirnya kurikulum 1968
d. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.
4. Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari rentetan point berikut:
· Dalam
dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan
legalitas sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama
diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
1. Pemerataan kesempatan belajar,
2. Mutu,
3. Relevansi, dan
4. Efisiensi.
· Pada
dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara
operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa,
bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
· Tahun
1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan
IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta,
IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui
proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
· Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan
Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan
sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan
Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan
lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam
Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah
masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah
dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
5. Dekade 80-an
Pada
dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional.
Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V
yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
1. Penyempurnaan kurikulum
2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
4. Penataan perguruan tinggi
5. Pelaksnaan wajib belajar
6. Pembukaan universitas teruka
7. Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa
kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan
konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep –
konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.
6. Dekade 90-an
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengananak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir
bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga
lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut
melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah
Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.
B. Meyongsong era Lepas landas
Era
lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai
dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya
dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan
keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri,
maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh
dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang
diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan
zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
C. Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan
mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan
adalah manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar
dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan
dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional.
Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan
ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain.
Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan
mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia
pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas
dari pancasila.
0 Komentar untuk "makalah sejarah bk"