1. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik? Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan.guru dalam mengelola pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya.
2. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Supervisi akademik memiliki beberapa tujuan. Salah satu tujuannya adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Selain itu, supervisi akademik memiliki fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007), karena hasil supervisi akademik dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
3. Prinsip-prinsip supervisi akademik
Proses pelaksanaan supervisi memiliki beberapa prinsip, diantaranya:
a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b. Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi Sistematis,
c. Objektif, artinya masu Objektif, a
d. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah Antisipatif,
f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam Konstruktif,
g. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan Kooperatif,
h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh Kekeluargaan,
j. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
n. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di Komprehensif, memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972)atas (Dodd, 1972) atas (Dodd, 1972) atas (Dodd, 1972)
4. Prosedur supervisi akademik
Prosedur supervisi akademik merupakan rangkaian kegiatan supervisi untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru agar termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam bidang akademik dengan cara memilih pendekatan, metoda, dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Prosedur pelaksanaan supervisi akademik terdiri atas: (1) Tahap Persiapan, meliputi: (a) menyiapkan instrumen dan (b) menyiapkan jadwal bersama, (2) Tahap Pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung, (3) Tahap Pelaporan, meliputi: (a) mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, (b) menganalisishasil supervisi, (c) mengevaluasi bersama antara supervisor dengan kepala sekolah danguru, dan (d) membuat catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, (4) Tahap Tindak lanjut, meliputi: (a) mendisukusikan dan membuat solusi bersama, (b) memberitahukan hasil pelaksanaan supervisi akademik, dan (c) mengkomunikasikan hasil pelaksanaan supervisi akademik kepada kepala sekolah dan guru
5. Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Secara umum teknik supervisi akademik dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik supervisi individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas,observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri
1) Kunjungan kelas.
2) Observasi kelas.
3) Pertemuan Individual.
4) Kunjungan antar kelas.
b. Teknik Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu atau bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas (13) teknik supervisi kelompok yaitu kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi kelompok.
Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang pengawas sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar pengawas sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.
Dalam pelaksanaan supervisi akademik, pengawas sekolah harus memahami model-model supervisi sebagai bekal pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) untuk menjalankan tugas pengawasannya. Menurut Makawimbang (2011), dalam praktek supervisi pendidikan dikenal beberapa model supervisi pendidikan yang diimplementasikan oleh supervisor (pengawas sekolah) dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap model supervisi memiliki karakteristik, oleh karena itu penggunaan model supervisi dalam pelaksanaanan tugas kepengawasan tentunya ada yang sesuai dengan sasaran yang akan disupervisi (compatible)sehingga pelaksanaan supervisi dapat berlangsung secara efektif dan efesien dan ada pula yang tidak sesuai dengan kondisi sasaran (uncompatible) sehingga pelaksanaaan supervisi kurang berjalan sesuai dengan harapan. Dengan demikian, ketrampilan memilih model supervisi sangat penting bagi pengawas agar kegiatan supervisi dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut Sahertian (2008), model supervisi terdiri dari:
1. Model supervisi konvensional
Model supervisi konvensional adalah model supervisi yang menganut paham bahwa supervisor sebagai seseorang yang memiliki power untuk menentukan nasib kepala sekolah dan guru. Dalam praktek supervisinya supervisor dengan gaya konvensional akan mencari-cari kesalahan kepala sekolahdan guru bahkan sering kali memata-matai guru. Perilaku memata-matai ini disebut dengan istilah snoopervision atau juga sering disebut supervisi korektif.
2. Model supervisi artistik
Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki sikap arif. Seperti diungkapkan oleh Jasmani dan Mustofa (2013) model supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (workingwith the other), dan bekerja melalui orang lain (working trough the other). Oleh karena itu, pelaksanaan supervisi tentunya mengandung nilai seni (art)
Menurut Sergiovannimodel supervisi artistic memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
a. Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.
b. Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.
c. Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda
d. Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas.
e. Memerlukan suatu kemampuan berkomunikasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
f. Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan.
3. Model supervisi ilmiah
Model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan.
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c. Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d. Dapat menjaring data yang obyektif.
4. Model supervisi klinis
Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau masalah dari guru yang disampaikan kepada supervisor.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Ciri-ciri supervisi klinis:
Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Sehingga tercipta hubungan manusiawi, yang pada akhirnya guru-guru memiliki rasa aman.
Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
Satuan tingkah laku pembelajaran yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi, sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
Suasana dalam pelaksanaan supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
a. Prinsip-prinsip supervisi klinis
1) Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasar atas inisiatif dari para guru terlebih dahulu.
2) Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3) Ciptakan suasana terbuka dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
4) Objek kajian adalah kebutuhan professional guru.
5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diperbaiki.
b. Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap sebagai berikut:
1) Pertemuan awal
Pada tahap ini, guru menyampaikan keluhannya kepada supervisor dan pada tahap ini perlu membangun komunikasi, menyatukan persepsi, menciptakan suasana yang harmonis, terbuka, dan akrab. Selain itu didiskusikan rencana untuk melakukan observasi terhadap guru tersebut, dan menentukan fokus observasi, instrumen observasi dan menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2) Observasi
Pada tahap pelaksanaan observasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui pada tahap awal. Selama guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan dan disepakati bersama, supervisor mengobservasi dan mencatat penampilan guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disiapkan.
3) Pertemuan akhir
Setelah observasi kelas selesai, supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Pada tahap ini supervisor mengevaluasi dan menganalisis semua proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki unjuk kerja guru. Selanjutnya supervisor menjelaskan dan menunjukkan hasil observasi dan membuat kesimpulan dari hasil observasi tersebut.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik? Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan.guru dalam mengelola pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya.
2. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Supervisi akademik memiliki beberapa tujuan. Salah satu tujuannya adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Selain itu, supervisi akademik memiliki fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007), karena hasil supervisi akademik dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
3. Prinsip-prinsip supervisi akademik
Proses pelaksanaan supervisi memiliki beberapa prinsip, diantaranya:
a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b. Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi Sistematis,
c. Objektif, artinya masu Objektif, a
d. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah Antisipatif,
f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam Konstruktif,
g. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan Kooperatif,
h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh Kekeluargaan,
j. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
n. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di Komprehensif, memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972)atas (Dodd, 1972) atas (Dodd, 1972) atas (Dodd, 1972)
4. Prosedur supervisi akademik
Prosedur supervisi akademik merupakan rangkaian kegiatan supervisi untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru agar termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam bidang akademik dengan cara memilih pendekatan, metoda, dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Prosedur pelaksanaan supervisi akademik terdiri atas: (1) Tahap Persiapan, meliputi: (a) menyiapkan instrumen dan (b) menyiapkan jadwal bersama, (2) Tahap Pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung, (3) Tahap Pelaporan, meliputi: (a) mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, (b) menganalisishasil supervisi, (c) mengevaluasi bersama antara supervisor dengan kepala sekolah danguru, dan (d) membuat catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, (4) Tahap Tindak lanjut, meliputi: (a) mendisukusikan dan membuat solusi bersama, (b) memberitahukan hasil pelaksanaan supervisi akademik, dan (c) mengkomunikasikan hasil pelaksanaan supervisi akademik kepada kepala sekolah dan guru
5. Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Secara umum teknik supervisi akademik dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik supervisi individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas,observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri
1) Kunjungan kelas.
2) Observasi kelas.
3) Pertemuan Individual.
4) Kunjungan antar kelas.
b. Teknik Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu atau bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas (13) teknik supervisi kelompok yaitu kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi kelompok.
Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang pengawas sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar pengawas sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.
Dalam pelaksanaan supervisi akademik, pengawas sekolah harus memahami model-model supervisi sebagai bekal pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) untuk menjalankan tugas pengawasannya. Menurut Makawimbang (2011), dalam praktek supervisi pendidikan dikenal beberapa model supervisi pendidikan yang diimplementasikan oleh supervisor (pengawas sekolah) dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap model supervisi memiliki karakteristik, oleh karena itu penggunaan model supervisi dalam pelaksanaanan tugas kepengawasan tentunya ada yang sesuai dengan sasaran yang akan disupervisi (compatible)sehingga pelaksanaan supervisi dapat berlangsung secara efektif dan efesien dan ada pula yang tidak sesuai dengan kondisi sasaran (uncompatible) sehingga pelaksanaaan supervisi kurang berjalan sesuai dengan harapan. Dengan demikian, ketrampilan memilih model supervisi sangat penting bagi pengawas agar kegiatan supervisi dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut Sahertian (2008), model supervisi terdiri dari:
1. Model supervisi konvensional
Model supervisi konvensional adalah model supervisi yang menganut paham bahwa supervisor sebagai seseorang yang memiliki power untuk menentukan nasib kepala sekolah dan guru. Dalam praktek supervisinya supervisor dengan gaya konvensional akan mencari-cari kesalahan kepala sekolahdan guru bahkan sering kali memata-matai guru. Perilaku memata-matai ini disebut dengan istilah snoopervision atau juga sering disebut supervisi korektif.
2. Model supervisi artistik
Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki sikap arif. Seperti diungkapkan oleh Jasmani dan Mustofa (2013) model supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (workingwith the other), dan bekerja melalui orang lain (working trough the other). Oleh karena itu, pelaksanaan supervisi tentunya mengandung nilai seni (art)
Menurut Sergiovannimodel supervisi artistic memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
a. Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.
b. Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.
c. Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda
d. Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas.
e. Memerlukan suatu kemampuan berkomunikasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
f. Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan.
3. Model supervisi ilmiah
Model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan.
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c. Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d. Dapat menjaring data yang obyektif.
4. Model supervisi klinis
Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau masalah dari guru yang disampaikan kepada supervisor.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Ciri-ciri supervisi klinis:
Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Sehingga tercipta hubungan manusiawi, yang pada akhirnya guru-guru memiliki rasa aman.
Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
Satuan tingkah laku pembelajaran yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi, sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
Suasana dalam pelaksanaan supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
a. Prinsip-prinsip supervisi klinis
1) Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasar atas inisiatif dari para guru terlebih dahulu.
2) Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3) Ciptakan suasana terbuka dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
4) Objek kajian adalah kebutuhan professional guru.
5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diperbaiki.
b. Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap sebagai berikut:
1) Pertemuan awal
Pada tahap ini, guru menyampaikan keluhannya kepada supervisor dan pada tahap ini perlu membangun komunikasi, menyatukan persepsi, menciptakan suasana yang harmonis, terbuka, dan akrab. Selain itu didiskusikan rencana untuk melakukan observasi terhadap guru tersebut, dan menentukan fokus observasi, instrumen observasi dan menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2) Observasi
Pada tahap pelaksanaan observasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui pada tahap awal. Selama guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan dan disepakati bersama, supervisor mengobservasi dan mencatat penampilan guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disiapkan.
3) Pertemuan akhir
Setelah observasi kelas selesai, supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Pada tahap ini supervisor mengevaluasi dan menganalisis semua proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki unjuk kerja guru. Selanjutnya supervisor menjelaskan dan menunjukkan hasil observasi dan membuat kesimpulan dari hasil observasi tersebut.
0 Komentar untuk "makalah supervisi akademik"